Dampak Public Display of Affection, Apakah Baik Untuk Keberlangsungan Pernikahan

Public Display of Affection

Public Display of Affection  – Di tempat umum pastinya Anda sering menemukan berbagai orang dengan karakter yang unik. Salah satunya seperti mengumbar kemesraan tanpa adanya rasa malu sedikitpun dan terkesan cuek dengan lingkungan sekitarnya.

Dalam dunia parenting, sikap seperti itu biasa dikenal dengan istilah public display of affection (PDA). Meski orang-orang yang melakukan hal tersebut di tempat umum merasa bahagia, etika dan batasan PDA penting untuk dipahami.

Baca juga: 5 Masalah Rumah Tangga yang Sering Terjadi & Solusinya

Mengenal Public Display of Affection

Pada dasarnya PDA memang menimbulkan kebahagiaan. Namun bagi mereka yang melihat kejadian tersebut, terdapat berbagai respon yang dirasakan. Ada yang cuek dan menganggap hal tersebut lumrah, ada yang merasa tidak nyaman dan bahkan tidak sedikit ada yang merasa jijik.

Perbedaan respon yang diberikan masing-masing orang tersebut biasanya terjadi karena adanya penilaian dan pandangan terhadap tingkat toleransi saat mengumbar kemesraan di khalayak ramai yang berbeda.

Hal-hal yang paling banyak memberikan pengaruh perbedaan tingkat toleransi seperti agama, usia, budaya, adat istiadat hingga norma yang berlaku di lingkungan masyarakat setempat.

Daftar Bentuk PDA yang Kerap Dilakukan

Kemesraan pada dasarnya merupakan suatu hal yang wajar. Namun tidak untuk PDA ini bagi sebagian orang. Contoh PDA yang sering ditemukan ialah mengumbar kemesraan fisik.

Lantas apa saja bentuk PDA tersebut?

1.Saling Bergandengan Tangan

Kasih sayang paling sederhana yang banyak ditunjukkan pasangan adalah bergandengan tangan. Perilaku ini di masyarakat umum masih dianggap sangat wajar. Apalagi saat sedang mencoba untuk menyebrang jalan ramai kendaraan atau bahkan berusaha menyelamatkan pasangan dengan cara menariknya dari bahaya.

2.Bersentuhan Secara Fisik Selain Tangan

Tanpa disadari saat berada di tempat umum, perilaku yang tidak disengaja seringkali berujung pada sentuhan fisik. Sentuhan yang dimaksud biasanya berupa sentuhan pada dahi, hidung, pipi atau bahkan bibir.

Sebagian orang mungkin melihatnya sebagai bentuk perhatian, candaan atau hal lain untuk menunjukkan kasih sayangnya. Namun banyak juga yang menilai bahwa tindakan tersebut merupakan cara seseorang untuk menggoda pasangannya.

3.Berciuman atau Bercumbu

Keintiman fisik kerap kali dihubungkan dengan hal yang sifatnya privasi. Namun apa jadinya jika hubungan fisik dalam bentuk berciuman dilakukan di tempat umum? Apakah itu wajar dilakukan di lingkungan masyarakat di Indonesia?

Mungkin di beberapa kondisi berciuman dianggap wajar, terutama untuk menunjukkan perpisahan, sambutan maupun rasa hormat.

4.Saling Berpelukan

Tidak hanya bergandengan tangan, hal yang dianggap wajar lainnya yang kerap dilakukan pasangan di tempat umum adalah saling berpelukan. Jika berpelukan hanya dilakukan sesaat mungkin tidak menjadi masalah. Yang menjadi masalah adalah jika dilakukan dalam waktu lama, tentu bisa membuat orang sekitar menjadi tidak nyaman dan beresiko diviralkan oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab.

5.Mengumbar Kemesraan di Sosmed

Berkembangnya teknologi yang semakin pesat, ternyata juga sering dimanfaatkan banyak orang untuk PDA di sosial media.

Sebelum melakukan hal tersebut, ada baiknya jika Anda mempertimbangkannya kembali mengingat respon para netizen tidak sepenuhnya baik.

Baca juga: Cara Mengatur Finansial Keluarga Ini Bisa Terbebas dari Jeratan Pinjol, Simak Lengkapnya!

Dampak PDA Untuk Keberlangsungan Pernikahan

PDA dalam pernikahan tentu saja sangat baik dilakukan untuk mempererat hubungan emosional selama masih dalam batas yang wajar. Selain itu, PDA juga harus disesuaikan dengan daerah setempat. Jika terpaksa tidak bisa melakukannya, Anda bisa menggantinya dengan cara lain seperti memberi hadiah, saling melontarkan pujian maupun sekedar menghabiskan waktu berharga bersama-sama.

Meski secara tertulis tidak ada aturan khusus yang mengatur PDA, sudah seharusnya Anda lebih bijak dalam memilih mana perilaku yang pantas dan tidak pantas. Terlebih lagi jika dilakukan di Indonesia.

Bisa diambil kesimpulan dalam kasus ini bahwa keluarga bahagia tidak harus ditunjukkan dengan cara PDA ya! Jika Anda membutuhkan pendampingan terkait PDA, menjalani konseling pernikahan bisa jadi solusi untuk tetap mempertahankan kemesraan, kedekatan dan keharmonisan.